Jumat, 27 April 2012

HADIS 'ALI


BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Periwayatan suatu hadits apabila dilihat dari segi sanad adakalanya sedikit yang disebut dengan (ali) dan adakalanya tinggi (nazil). Hal tersebut memungkinkan shohabat yang terlalu banyak atau kurang pengertian dalam menanggapi akan hadits-hadits yang disampaikan oleh rasul itu didengar oleh sahabat dan kadang shohabat itu sendiri menyampaikan kepada yang lain kadang diterima dengan baik ataupun tidak. Jadi, tidak mungkin terjadi keserasian antara shahabat yang lain dalam hadits tersebut. (kesamaan) antara hadits ali dan nazil itu memiliki kesamaan dalam isi akan tetapi sanad yang diterima itu berbedatempat sahabat yang meriwayatkannya terjadi ketidakstabilan dalam jumlah sanadnya.
Sebagian ulama ada yang mengunggulkan hadits ali karena menjauhkan banyaknya kerusakan dari suati hadits. Secara umum tingkatan ali dan nazil ibarat sebuah barang yang dijual belikan sekalipun berharga yang sudah second. Jika baru melalui tangan lebih baik dari pada yang sudah banyak ragam inipun jika para pemilik itu sama-sama jujur, maka tidak ada pengaruhnya antara banyak dan sedikit tangan yang pernah memilikinya barang tersebut.[1]

B.     Rumusan Masalah
  1. Pengertian hadits ali
  2. Contoh hadits ali
  3. Macam–macam hadits ali
  4. Hubungan antara hadits ali dengan hadits nazil
  5. Kitab terkenal yang menjelaskan hadits ali

BAB II
PEMBAHASAN

A.    Pengertian
Secara etimologi ali isim fail dari kata اعلوُ yang artinya, (علا, يعلو,علو) yang berarti tinggi, luhur, mengungguli, menutupi. Sedangkan menurut terminology banyak perbedaan dikalangan ulama, tapi pada intinya sama seperti yang dikemukakan oleh hafizh haram al maudi dalam kitab mustholah hadits :
العالى ما قالت رجاله بالسبة الى السند احرير بذلك الحديث
“Hadits ali adalah hadits yang jumlah rawinya dalam sanad itu sedikit, dibandingkan dengan jumlah rawi yang ada pada sanad lain yang menyebut hadits yang lain.[2]
Dan menurut fathurrohman mengemukakan bahwa hadits ali adalah hadits dimana rawi-rawinya dalam reretif sedikit dan masih banyak pengertian yang dikemukakan oleh para ulama. Tapi pada intinya bahwa hadits ali adalah hadits yang diriwayatkan yang dimana rawinya sangat sedikit dan itu yang bisa penulis simpulkan


B.  Contoh Hadits ali
من كان يؤمن بالله واليوم الاخر فليقل خيرا أو ليصمت. ومن كان يؤمن بالله واليوم الاخر فليكرم جاره. ومن كان يؤمن بالله واليوم الاخر فليكرم ضيفه.
"Siapa yang beriman kepada allah dan hari akhir, hendaklah berkata yang baik atau berdiam diri; Siapa yang beriman kepada allah dan hari akhir, hendaklah memuliakan tetangganya; dan Siapa yang beriman kepada allah dan hari akhir, hendaklah memuliakan tamunya."
أبو هريرة

أبو صالح

أبو حصين

أبو الأخوص

قتيبة بن سعيد

ألبخارى
hadits dari bukhary yang bersanad Qutaibah bin Sa'id, Abul-Akhwash, Abu Hashin, Abu Shalih dan abu hurairah (5 orang) adalah hadits 'aly, karena sanadnya lebih sedikit.

C. Macam-macam hadits 'Ali
Hadits 'ali itu ada 5 macam, yakni :
1.      'Aly mutlak, yaitu hadits yang lebih dekat para perawinya dalam sanad dengan Rasulullah SAW karena lebih sedikit jumlahnya dibandingkan dengan sanad lain pada hadits yang sama. 'Aly mutlak ini yang paling tinggi diantara macam-macam 'aly apabila ia memiliki sanad yang shahih[3].
2.      'Aly-Nisby, yaitu bila ukuran dekatnya (karena rawinya sedikit jumlahnya) itu bukan kepada Nabi, tetapi kepada imam-imam hadits yang mempunyai sifat-sifat tinggi mengenai kehafalannya, kedlabithannya, kemasyhurannya dan lain sebagainya. Seperti Ibnu Juraij, Az-Zuhry, Syu'bah, Malik, Asy-Syafi'I, Al-Bukhary, Muslim dan lain sebagainya, walaupun kadang-kadang sanad antara imam-imam tersebut dengan Nabi, banyak jumlahnya. Misalnya :
قال رسول الله صلى الله عليه وسلم ان من اعظم الفرى ان يدعى الرجل الى غير ابيه اويرى عينه مالم تراو يقول على رسول الله صلى الله عليه وسلم مالم يقل.
"Rasululloh Saw.bersabda : "Sebesar-besar" dusta ialah mendakwakan ayah kepada yang bukan ayahnya, memperlihat-lihatkan apa yang tidak dilihat oleh matanya atau mengatakan atas nama Rasulullah apa yang tidak beliau katakana.
3.      'Aly-Tanzil. Yakni bila ukuran dekatnya itu dinisbatkan kepada suatu kitab dari kitab-kitab yang mu'tamad. Seperti kedua kitab shahih bukhary dan muslim, kitab-kitab sunan dan kitab musnad imam ahmad.[4]
'Aly Tanzil ini ada 4 macam yaitu :
a.        Muwafaqah, yaitu jika melalui sanad syaikh (guru) salah seorang penghimpun hadits ke dalam kitab hadits lebih dekat atau lebih sedikit daripada melalui sanad penghimpun tersebut. Misalnya kata Ibnu hajar sebagaimana yang dikutip oleh Ajaj al-Khatib dan Ath-Thabah, bahwa sanad sebuah hadits yang diriwayatkan al-Bukhary dari Qutaibah dari Malik, jarak antara kita dan Qutaibah sebanyak 8 orang. Sedangkan sanad hadits yang sama melalui Abu Al-Abbas As-Siraj dari Qutaibah antara kita dan Qutaibah terdapat 7 orang. Berarti terjadi adanya kecocokan (muwafaqoh) bagi kita dengan al-Bukhari pada syaikhnya dan sanad kita lebih sedikit ('aly).
b.        Badal, yaitu jika melalui sanad syaikhnya syaikh (gurunya guru) salah seorang penghimpun kitab hadits lebih dekat atau lebih sedikit daripada melalui sanad penghimpun tersebut. Contohnya seperti isnad al-Bukhary di atas dengan melalui isnad dari al-Qa'nabi sebagai pengganti (badal) dari Qutaibah. Al-Qa'nabi adalah syaikhnya syaih al-Bukhari.
c.        Musawah, yaitu adanya persamaan jumlah isnad dari seorang perawi sampai akhir dengan isnad salah seorang penghimpun ke dalam buku hadits. Misalnya seperti kata ibnu hajar, jika An-Nasa'I meriwayatkan sebuah hadits dari Nabi Saw jarak antara keduanya sebanyak 11 orang, sementara hadits yang sama melalui sanad lain antara kita dan nabi juga 11 orang, berarti adanya persamaan (Musawah) jumlah bilangan periwayat antara kita dan an-Nasa'i.
d.       Mushafahah, yaitu persamaan jumlah para perawi dalam sanad dari seorang perawi sampai akhir dengan isnad murid salah seorang penghimpun kitab hadits. Dinamakan mushafahah karena pada umumnya kedua belah pihak antara perawi sebuah hadits dengan murid salah seorang penghimpun hadits tersebut berjabat tangan.[5]
4.      'Aly bitaqdimi'l-wafat. Misalnya suatu hadits yang diriwayatkan dari dua orang, dari al-Baihaqy dari al-Hakim adalah lenih tinggi daripada hadits yang diriwayatkan dari tiga orang, dari Abu bakar bin khalaf dari al-Hakim. Karena al-Baihaqy lebih dahulu meninggal daripada Abu bakar bin khalaf.
5.      'Aly bitaqdimis-sama'. Misalnya suatu hadits yang diriwayatkan oleh seorang yang lebih dulu mendengarnya dari seorang guru adalah lebih 'aly daripada hadits yang diriwayatkan oleh kawannya yang mendengar kemudian dari guru tersebut.[6]

D.    Hubungan hadits 'ali dan nazil
Mayoritas ulama menilai hadits 'ali lebih utama dari pada nazil, karena ia lebih jauh dari kemungkinan-kemungkinan cacat. Ibnu al-Madini berkata, "Nazil itu tercela". Ini jika sama-sama kuat sanadnya. Mayoritas ulama' berpendapat isnad 'ali dari orang-orang tsiqoh lebih utama daripada isnad nazil sekalipun dari orang-orang tsiqoh pula. Mereka tidak mengambil hadits 'ali yang bukan dari orang-orang tsiqoh sebagaimana banyak diantara mereka memilih nazil daripada 'ali apabila lebih berfaedah.
Secara umum tingkatan hadits 'ali dan nazil ibarat sebuah barang yang diperjualbelikan sekalipun berharga yang sudah second, jika baru melalui sedikit tangan lebih baik daripada yang sudah melalui banyak tangan. Inipun jika para pemilik itu sama-sama jujur. Jika tidak, maka tidak ada pengaruhnya antara banyak dan sedikit tangan yang pernah memiliki barang tersebut.
Nama hadits 'ali dan nazil tidak menunjukkan keshahihan suatu isnad. Oleh karena itu, para ulama lebih memperhatikan sifat-sifat perawi dari pada jumlah para perawi dalam sanad. Tujuan ulama mutaqaddimin mengetahui isnad 'ali yang dekat dengan Rasulullah Saw, karena sangat dimungkinkan sedikit kesalahan dibandingkan yang nazil[7].

E.     Kitab-kitab yang terkenal
Tidak didapatkan buku khusus yang menghimpun hadits yang memiliki isnad 'ali dan nazil, tetapi diantara ulama ada yang menghimpun sebagian hadits yang terdapat 3 orang perawi dalam sanad pengarang dan Rasulullah yang disebut dengan ats-tsulatsiyat. Ini berarti menunjukkan perhatian para ulama yang optimal terhadap sanad 'ali, diantaranya :
1.      Tsulatsiyat al-Bukhari yang ditulis oleh ibnu Hajar
2.      Tsulatsiyat Ahmad bi Hanbal, karya As-Safarani[8]

BAB IV
PENUTUP

Kesimpulan
1.      Menurut bahasa : kata 'ali adalah isim fa’il dari “Al-uluwwa”.dan menurut istilah adalah ‘Huwalladzi qalla addu rajalihi binnisbati ila sanadin akhorin yaridu bihi dzalikhalhadits bi adadin aktsara” adalah hadits yang jumlah bilngan rawinya lebih sedikit dibandingkan dengan sanad yang lain yang menai hadits tersebut.
2.      Macam-macam hadits 'Ali :
1.      'Aly mutlak,
2.      'Aly-Nisby,
3.      'Aly-Tanzil.
a.       Muwafaqoh
b.      Badal
c.       Musawah
d.      Musafahah
4.      'Aly bitaqoddumi'l-wafat.
5.       'Aly bitaqoddumis-sama'.

DAFTAR PUSTAKA

Khon, Abdul Majid. Ulumul Hadits. Jakarta : AMZAH. 2008
Thahlan, Muhammd. Ulumul hadits.Yogyakarta : Titisan Ilahi Pres.1997
Fahturohman, Ikthisar. Mustholaul Hadits. Bandung : Al ma'arif. 1984.
An-Nadwi, Fadlil sa’id.  Ilmu Mustholah Hadis. Surabaya :Al-Hidayah.1999.


[1] Abdul Majid Khon, Ulumul Hadits. (Jakarta : AMZAH, 2008), hal.
[2] Fadlil Sail, Ilmu Mustholah hadits. (Surabaya : Al Hidayah, 1999), hal. 38
[3] H.Abdul Majid Khon, Ulumul Hadits, (Jakarta : AMZAH, 2008), hal. 243
[4] Fahturohman.ikthisarur mustholaul hadits.(                                        ) hal 243
[5] H.Abdul Majid Khon, Ulumul Hadits, (Jakarta : AMZAH, 2008), hal. 243
[6] H. Fadlil sa’id An-Nadwi, ilmu mustholah hadis.(Surabaya.Al-hidayah:1999) hal 39
[7] H.Abdul Majid Khon, Ulumul Hadits, (Jakarta : AMZAH, 2008), hal. 245
[8] Ibid., hal. 245

Tidak ada komentar:

Posting Komentar